Masalah Pemerintah di Bidang Ekonomi

Masalah-Masalah yang Dihadapi Pemerintah di Bidang Ekonomi - Bila kita membicarakan masalah-masalah yang dihadapi pemerintah di bidang ekonomi maka sesungguhnya kita sedang membicarakan masalahmasalah ekonomi makro. Mengapa demikian? Karena secara umum masalahmasalah yang dihadapi pemerintah tentulah merupakan masalah ekonomi yang muncul secara keseluruhan yang juga perlu dipecahkan secara menyeluruh.

Masalah-masalah yang dihadap pemerintah di bidang ekonomi menurut Sadono Sukirno dalam bukunya yang berjudul “Ekonomi Makro”, di antaranya sebagai berikut.


Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi bisa diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah. Dalam praktik, pertumbuhan ekonomi dihitung degan membandingkan PDB (Produk Domestik Bruto)) tahun tertentu dengan PDB tahun sebelumnya. PDB (Produk Domestik Bruto) adalah jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan seluruh masyarakat di suatu negara selama satu tahun, termasuk yang dihasilkan oleh warga negara asing yang ada di wilayah negara tersebut. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi bisa pula diartikan sebagai suatu keadaan perekonomian yang menunjukkan adanya kenaikan PDB (Produk Domestik Bruto) bila disbanding dengan tahun sebelumnya.

Masalah Pemerintah di Bidang Ekonomi


Setiap negara atau pemerintah pasti menginginkan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki negara tersebut. Akan tetapi yang umumnya sering terjadi pertumbuhan ekonomi tidak tercapai secara optimal. Untuk itu perhatikan kurva kemungkinan produksi disamping.

Kurva AB merupakan kurva yang menggambarkan batas maksimum produksi yang dapat diciptakan suatu negara pada waktu tertentu. Pada negara yang kurva batas maksimum produksinya adalah AB, kemakmuran masyarakat bisa tercapai secara maksimum bila kombinasi produksi barang industri dan barang pertanian adalah seperti yang ditunjukkan oleh salah satu titik pada kurva AB, misalnya oleh titik P. Titik P menunjukkan bila negara ingin memaksimumkan kemakmuran masyarakat, negara harus menghasilkan X0 barang industri dan Y0 barang pertanian.

Pada waktu berikutnya, faktor-faktor produksi yang bertambah dan teknologi yang semakin maju telah memungkinkan negara tersebut memproduksi lebih banyak. Hal ini digambarkan oleh perubahan kurva dari AB ke CD. Dan titik R merupakan contoh kombinasi produksi barang industry dan barang pertanian bila negara ingin mencapai kemakmuran maksimum. Ini berarti, secara potensial negara tersebut dapat menaikkan produksi dalam perekonomian dari kombinasi P menjadi R. Tetapi dalam kenyataannya, kombinasi yang dicapai hanya dari M ke N. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya terjadi ternyata lebih lambat dari pertumbuhan ekonomi yang secara potensial dapat dilakukan. Akibatnya, sebagian faktor-faktor produksi terpaksa menganggur.


Ketidakstabilan Kegiatan Perekonomian
Pada umumnya perekonomian tidak selalu berkembang secara teratur. Suatu saat bisa naik dan suatu saat bisa turun. Terkadang kegiatan perekonomian berkembang sangat cepat. Dan pada waktu lain berkembang sangat lambat bahkan mengalami kemerosotan. Pergerakan naik turun kegiatan perusahaan-perusahaan dalam jangka panjang di suatu perekonomian disebut konjungtur atau siklus kegiatan perusahaan.

Ketidakstabilan Kegiatan Perekonomian


Walaupun suatu siklus berbeda dengan siklus yang lain, tetapi sifatsifat dasar dari setiap siklus adalah sama, yakni memperlihatkan bentuk khas tertentu yang diperlihatkan oleh gambar berikut:

Pada siklus ABCDE, pergerakan dari A ke B dan dari C ke D menunjukkan kegiatan perekonomian yang mengalami kemunduran. Adapun pergerakan dari B ke C dan dari D ke E menunjukkan kegiatan perekonomian yang mengalami pertumbuhan. Kemunduran ekonomi yang serius akan menyebabkan timbulnya pengangguran, sedangkan pertumbuhan ekonomi yang terlalu pesat akan menyebabkan timbulnya inflasi (kenaikan hargaharga). Baik pengangguran maupun inflasi dapat berakibat buruk terhadap kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan usaha-usaha agar pergerakan-pergerakan dalam suatu siklus bisa lebih stabil.


Pengangguran
Pada umumnya, faktor utama yang menyebabkan terjadinya pengangguran adalah kekurangan permintaan agregat (kekurangan permintaan secara keseluruhan). Mengapa permintaan agregat bisa kurang? Berikut jawabannya.

Pengusaha memproduksi barang dan jasa dengan tujuan memperoleh keuntungan. Keuntungan bisa diperoleh bila barang dan jasa yang diproduksi bisa dijual. Semakin besar permintaan, akan semakin banyak barang dan jasa yang mereka produksi. Semakin banyak produksi akan menambah pemakaian tenaga kerja. Semakin banyak produksi berarti semakin banyak pula pendapatan nasional, karena pendapatan nasional di antaranya dihitung dari nilai barang dan jasa yang diproduksi. Dengan demikian, terdapat hubungan yang erat antara tingkat pendapatan nasional dengan tingkat pemakaian tenaga kerja. Semakin banyak pendapatan nasional berarti semakin banyak pula pemakaian tenaga kerja.

Akan tetapi pada umumnya tingkat permintaan agregat yang terjadi dalam perekonomian ternyata lebih rendah dari permintaan agregat yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat perekonomian tenaga kerja penuh. Karena pemakaian tenaga kerja tidak penuh maka dalam perekonomian terjadi pengangguran. Pengangguran memiliki dampak-dampak buruk di antaranya mengurangi tingkat kemakmuran atau kesejahteraan masyarakat, meningkatnya kejahatan dan kerusuhan, serta menurunnya penerimaan negara dari sektor pajak penghasilan. Oleh karena itu, pemerintah harus selalu berusaha untuk menekan angka pengangguran.

Selain kekurangan permintaan agregat sebagai faktor utama penyebab pengangguran, masih ada faktor-faktor lain yang menjadi penyebab pengangguran, yaitu pemakaian mesin-mesin modern, ketidakcocokan keterampilan yang dimiliki tenaga kerja dengan keterampilan yang dibutuhkan perusahaan, perubahan musim dan perubahan struktur perekonomian yang menuntut jenis keterampilan tertentu.


Inflasi
Inflasi adalah keadaan perekonomian yang menunjukkan kenaikan harga-harga barang secara umum yang terjadi terus-menerus. Harga yang naik secara terus-menerus tentu sangat merugikan banyak pihak. Inflasi bisa terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya kenaikan biaya produksi, kelebihan permintaan atas barang dan jasa, kelebihan jumlah uang yang beredar dan penimbunan barang oleh para pedagang.

Inflasi yang masih ringan, yakni yang tingkat kenaikannya di bawah 10%, belum berdampak negatif terhadap perekonomian. Tetapi bila sudah di atas 10%, inflasi akan berdampak buruk terhadap masyarakat dan perekonomian. Dampak buruk inflasi di antaranya, sebagai berikut.

a. Menurunkan Pendapatan Riil Masyarakat
Misalnya sebelum inflasi, untuk membeli 40 kg beras diperlukan uang Rp100.000,-. Setelah inflasi, beras 40 kg harus dibeli dengan uang Rp120.000,- karena harga beras telah naik dari Rp2500,-per kg menjadi Rp3000,-per kg. Ini berarti dengan adanya inflasi pendapatan riil (nyata) masyarakat menjadi turun. Hal seperti ini tentu sangat menyusahkan masyarakat yang berpendapatan tetap.

Inflasi


b. Menurunkan Investasi (Penanaman Modal) yang Bersifat Produktif
Pada masa inflasi, para pemilik modal lebih suka menanam modal (uang)- nya dalam bentuk pembelian harta-harta tetap, seperti tanah dan rumah serta benda-benda berharga lain, seperti emas dan mutiara. Mengapa demikian? Karena pada masa inflasi, nilai barang akan terus naik (semakin mahal), sedangkan nilai uang akan semakin turun. Pada masa inflasi para pemilik modal kurang suka menanamkan modalnya untuk memproduksi barang-barang jasa karena daya beli masyarakat sedang menurun.

c. Menurunkan Ekspor
Bila di dalam negeri terjadi inflasi, harga barang-barang produksi dalam negeri lebih mahal dibandingkan produksi luar negeri. Sehingga barangbarang produksi dalam negeri kalah bersaing dengan produksi luar negeri. Akibatnya nilai ekspor akan lebih kecil di banding nilai impor sehingga neraca perdagangan kita mengalami defisit, dan defisit bisa menghabiskan cadangan devisa negara.

d. Menyulitkan Para Produsen dalam Menghitung Harga Pokok Produksi
Karena persentase kenaikan inflasi sering tidak teratur maka inflasi akan menyulitkan produsen dalam menghitung harga pokok produksi. Akibatnya penghitungan harga pokok menjadi tidak tepat (terlalu kecil atau terlalu besar). Penghitungan harga pokok yang tidak tepat akhirnya dapat menyulitkan produsen dalam menetapkan harga jual produk. Mengingat dampak-dampak buruk inflasi di atas maka pemerintah perlu menempuh beberapa kebijakan untuk mengatasinya.


Defisit (Neraca Pembayaran)
Neraca pembayaran adalah suatu catatan sistematis yang berisi transaksitransaksi ekonomi antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain selama periode tertentu, umumnya satu tahun. Semua transaksi ekonomi dapat digolongkan menjadi dua, yakni transaksi debet dan transaksi kredit. Transaksi debet adalah transaksi yang menimbulkan kewajiban melakukan pembayaran kepada penduduk lain, sedangkan transaksi kredit adalah transaksi yang menimbulkan hak menerima pembayaran dari penduduk lain. Contoh transaksi debet adalah kegiatan impor dan melakukan penanaman modal di negara lain. Contoh transaksi kredit adalah kegiatan ekspor dan menerima penanaman modal dari negara lain.

Neraca pembayaran memiliki beberapa macam neraca. Dua neraca penting dalam suatu neraca pembayaran adalah neraca perdagangan dan neraca secara keseluruhan. Neraca perdagangan menunjukkan perimbangan antara ekspor dan impor, sedangkan neraca secara keseluruhan menunjukkan perimbangan antara keseluruhan pembayaran ke luar negeri dan keseluruhan penerimaan dari luar negeri. Defisit neraca pembayaran terjadi bila pembayaran ke luar negeri melebihi penerimaan dari luar negeri. Penyebab terjadinya defisit neraca pembayaran di antaranya adalah nilai impor yang melebihi ekspor, dan pengaliran modal ke luar negeri yang melebihi pengaliran modal ke dalam negeri.

Neraca pembayaran yang defisit memiliki dampak buruk terhadap kegiatan dan kestabilan ekonomi negara. Defisit yang terjadi akibat impor yang berlebihan dapat mengakibatkan penurunan kegiatan ekonomi di dalam negeri, karena konsumen lebih suka menggunakan barang impor disbanding barang dalam negeri. Impor yang berlebihan juga mengakibatkan peningkatan permintaan atas valuta asing yang digunakan untuk membayar impor. Akibat selanjutnya, harga valuta asing akan bertambah. Harga valuta asing yang bertambah akan menyebabkan harga barang-barang dalam negeri menjadi lebih mahal. Selain itu, penurunan kegiatan ekonomi di dalam negeri menyebabkan para pengusaha tidak bersemangat melakukan kegiatan produksi, apalagi untuk membangun unit usaha baru.

0 Response to "Masalah Pemerintah di Bidang Ekonomi"

Post a Comment